Loading...
Pola Perilaku Konsumen dan Pola Perilaku Produsen
Manfaat (nilai guna)suatu barang
Barang atau jasa bermanfaat karena untuk memperolehnya memerlukan pengorbanan dan dapat memenuhi kebutuahan. Pengorbanan itu bisa berbentuk:
1). Jumlahnya sedikit atau terbatas
2). Ongkos produksinya mahal
3). Iptek yang digunakan
4). Besarnya tenaga
5). Seni yang termaktub atau tersirat
Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Menggunakan konsep marginal utility/tambahan nilai guna (MU) sesuai hukum Gossen 1 yang intinya apabila konsumsi satu jenis barang terus dilakukan maka kegunaan/ utilitas barang semakin meningkat akan tetapi tambahan nilai guna semakin menurun. Hukum Gossen II yaitu konsumsi berbagai jenis barang dengan tingkat pendapatan dan harga tertentu akan mencapai tingkat optimisasi (kepuasaan maksimal) pada saat MU = harga semua barang yang dikonsumsi.
Barang atau jasa bermanfaat karena untuk memperolehnya memerlukan pengorbanan dan dapat memenuhi kebutuahan. Pengorbanan itu bisa berbentuk:
1). Jumlahnya sedikit atau terbatas
2). Ongkos produksinya mahal
3). Iptek yang digunakan
4). Besarnya tenaga
5). Seni yang termaktub atau tersirat
Pola Perilaku Konsumen
Arah pola perilaku konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan memenuhi kepuasan dengan pilihan-pilihan yang rasional atas manfaat suatu barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Pilihan terhadap barang atau jasa yang di konsumsi berdasarkan- Kualitas barang yaitu awet, higenis, dan praktis
- Harga ekonomis
- Jumlah
- Jaminan/garansi
- Nilai seni dan sejarah
- Hobi atau feel
Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Menggunakan konsep marginal utility/tambahan nilai guna (MU) sesuai hukum Gossen 1 yang intinya apabila konsumsi satu jenis barang terus dilakukan maka kegunaan/ utilitas barang semakin meningkat akan tetapi tambahan nilai guna semakin menurun. Hukum Gossen II yaitu konsumsi berbagai jenis barang dengan tingkat pendapatan dan harga tertentu akan mencapai tingkat optimisasi (kepuasaan maksimal) pada saat MU = harga semua barang yang dikonsumsi.
Urutan gelas yang diminum
|
(TU)
Total Utility
|
MU
|
0 belum minum
|
0
|
-
|
1 (Sangat nikmat)
|
10
|
10
|
2 (Nikmat)
|
17
|
7
|
3 (cukup nikmat)
|
19
|
2
|
4 (kurang nikmat)
|
19
|
0
|
Contoh : sehabis Olah raga Adi terasa haus maka yang di butuhkannya
adalah air, adi kemudian minum segelas air, terasa sangat nikmat sekali
(MU) di tenggorokan dengan kepuasan (TU) mencapai nilai 10, kemudian ia
masih merasa kekurangan dan minum segelas lagi (gelas ke-2) terasa
nikmat dan nilai total kepusannya (TU) 17, lagi-lagi Adi minum segelas
lagi dan ternyata nikmatnya berkurang (MU) menjadi cukup nikmat tidak
seperti pada saat pertama minum dan nilai total ulitilitasnya menjadi
19. Ternyata Adi juga belum puas kemudian minum segelas lagi sehingga
perutnya mulai terasa penuh yang artinya kurang nikmat dan total
utilityanya tetap 19 karena tidak memberikan tambahan manfaat. Jika Adi
masih terus minum maka bukan manfaat yang di dapat tetapi kerugian yang
artinya perut menjadi sakit dan akan muntah sehingga MU nya menjadi
Minus. Sehingga grafiknya vertikal.
Pendekatan ordinal (Ordinal Approach)
Menganggap bahawa utilitas barang tidak perlu diukur tetapi konsumen
mampu membuat urutan tinggi rendahnya utilitas yang diperoleh dari
mengkonsumsi. Pendekatan Ordinal dibagi menjadi 2 konsep yaitu
Konsep Indiference Curve (kurva Indiferen)
Adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua macam barang yang memberikan Utilitas yang sama.
Contoh: Nabu ingin membeli baju dan celana. Dia memikirkan kombinasi
pembelian baang tersebut dengan tingkat utiltas yang sama seperti table
dan kurva di bawah ini.
Loading...